Tag

, , ,

PROF GULARDI WIGNJOSASTRO

PROF GULARDI WIGNJOSASTRO

Baca koran Sabtu atau Minggu kemarin, ada Obituary. Baca punya baca, ternyata bukanlah seorang yang asing bagi saya nama yang tercantum dalam Obituary tersebut.

….

*****

REST IN PEACE

PROF. dr. GULARDI WIGNJOSASTRO, SpOG

*****

….

Bagi saya, beliau bukan hanya sekedar dokter SpOG yang membantu proses kelahiran anak-anak saya. Lebih dari itu, saya mengagumi beliau akan prinsip-prinsip yang dipegangnya dengan teguh di era modern dan komersial ini.

  1. Beliau merupakan satu dari sedikit dokter kandungan di masa kini yang masih semaksimal mungkin mengusahakan kelahiran normal dan menjadikan bedah caesar sebagai opsi terakhir, betul-betul terakhir. Saya masih ingat ketika proses kelahiran anak saya, ada dokter pengganti yang melirik untuk beralih ke bedah caesar tetapi setelah diberitahu oleh suster bahwa isteri saya adalah pasien Prof Gulardi maka dia kembali berfokus untuk tetap pada jalur kelahiran normal sambil menunggu kedatangan Prof Gulardi yang waktu itu masih dalam perjalanan.
  2. Bahwa pada dasarnya proses melahirkan adalah sesuatu yang alami, begitu pula symptom dan reaksi yang dialami sang ibu pra dan pasca melahirkan adalah sesuatu yang normal bagi manusia / seorang ibu. Alih-alih memberikan resep obat ini dan itu untuk mengobati atau mengurangi berbagai ketidaknyamanan selama proses pra dan pasca melahirkan, Prof Gulardi selalu menjawab dengan senyum dan sebaris kalimat, “Santai, gak papa… dilawan aja…” bagi hampir setiap keluhan yang diutarakan kepadanya. Pernah suatu kali ada suster jaga kepala yang baru ganti shift, dia keliling di paviliun tempat isteri saya beristirahat. Ketika dia mendapati isteri saya agak sedikit merasa tidak nyaman, dia bertanya setengah menegur kepada suster jaga kenapa isteri saya tidak diberi obat A, B dan C. Setelah suster kepala tersebut dibisiki bahwa isteri saya adalah pasien Prof Gulardi, diapun menyarankan kepada isteri saya untuk tetap melawan semua rasa tersebut dan tidak jadi memberikan obat-obatan tersebut.
  3. Hubungan pasien dan dokter adalah lebih dari sekedar proses pemberian jasa dan penerimaan biaya jasa. Sepertinya urusan materi bukanlah menjadi hal yang diperhatikan Prof Gulardi. Pada praktek di rumahnya, tarif yang dikenakan sangatlah “ramah”. Apalagi mengingat beliau adalah dokter spesialis yang cukup ternama. Ketika praktek di rumah sakitpun, seringkali untuk sekedar konsultasi hasil Laboratorium atau keluhan ringan kami hanyalah dikenakan tarif administrasi sebagai kewajiban kepada rumah sakit saja.

Saya yakin, masih banyak dokter-dokter yang memiliki idealisme tinggi seperti Prof Gulardi di Indonesia. Semoga semua karya beliau selama hidup menginspirasi dokter-dokter lain untuk tetap menjunjung tinggi kode etik kedokteran.

Selamat jalan PROF GULARDI, beristirahatlah dengan tenang…

Salam damai…